KETELADANAN RASULULLAH
Dilihat dari
holistitisitas kepribadian beliau, Michael H. Hart tidak berlebihan dalam buku
klasiknya, The 100: A
Ranking of the Most Influential Persons in History (edisi 1992),
mengatakan bahwa Muhammad telah memainkan peran yang jauh lebih penting dalam
pengembangan dan penyebaran Islam melebihi tokoh-tokoh agama-agama lainnya.
Beliau bertanggung jawab dalam penyebaran teologi dan prinsip-prinsip
utama etika-moral Islam. Ia juga memainkan peran kunci dalam dakwah keimanan yang
baru dan menetapkan praktek-praktek agama Islam.
Krisis Moral dan Kepribadian
Kita hidup dalam sebuah dunia yang
gelap, dimana setiap orang meraba-raba, namun tidak menemukan denyut nurani,
tidak merasakan sentuhan kasih, dan tidak melihat sorot mata persahabatan yang
tulus, dalam hal ini masyarakat mungkin mengalami krisis moral. Krisis moral
dapat ditandai oleh dua gejala yaitu tirani dan keterasingan. Tirani merupakan
gejala dari rusaknya perilaku sosial, sedangkan keterasingan menandai rusaknya hubungan
sosial.
Penyebab terjadinya krisis moral adalah :
1. Adanya penyimpangan pemikiran dalam sejarah pemikiran
manusia yang menyebabkan paradoks antarnilai, misalnya etika dan estetika
2. Hilangnya model kepribadian yang integral, yang memadukan
kesalihan dengan kesuksesan, kebaikan dengan kekuatan, dan seterusnya
3.
Munculnya antagonisme dalam pendidikan
moral
4.
Lemahnya peranan lembaga sosial yang
menjadi basis pendidikan moral
Krisis moral ini menimbulkan begitu
banyak ketidakseimbangan di dalam masyarakat yang tentunya tidak membuat
masyarakat bahagia. Maka solusi yang sangat tepat bagi masalah ini hanya satu
yaitu : Kembali menempuh jalan Allah, kembali kepada jalan islam.Firman Allah : Kami berfirman: "Turunlah kamu semuanya dari surga itu!
kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, Maka barang siapa yang mengikuti
petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula)
mereka bersedih hati".(Q.S. al-Baqarah : 38)
Akhlak Dalam Semua Sisi Kehidupan
Akhlak adalah nilai pemikiran yang
telah menjadi sikap mental yang mengakar dalam jiwa, lalu tampak dalam bentuk
tindakan dan perilaku yang bersifat tetap, natural, dan refleks. Akhlak =
Iman + Amal Shalih
Maka akhlak Laa Ilaaha Illallaah
sebagai kumpulan nilai kebenaran, kebaikan, dan keindahan memasuki individu
manusia dan merekonstruksi visi, membangun mentalitas, serta membentuk akhlak
dan karakternya. Demikianlah, Laa Ilaaha Illallaah sebagai kumpulan nilai
kebenaran, kebaikan, dan keindahan memasuki masyarakat manusia dan mereformasi
sistem, serta membangun budaya dan mengembangkan peradabannya.
Pembentukan prilaku
Faktor internal :
1.
Instink biologis,
seperti lapar, dorongan makan yang berlebihan dan berlangsung lama akan
menimbulkan sifat rakus, maka sifat itu akan menjadi perilaku tetapnya, dan
seterusnya
2.
Kebutuhan
psikologis, seperti rasa aman, penghargaan, penerimaan, dan aktualisasi diri
3.
Kebutuhan
pemikiran, yaitu akumulasi informasi yang membentuk cara berfikir seseorang
seperti mitos, agama, dan sebagainya
Faktor eksternal ; 1. Lingkungan keluarga ; 2. Lingkungan social
; 3. Lingkungan pendidikan
Islam membagi akhlak menjadi dua
yaitu : 1. Fitriyah, yaitu sifat bawaan yang melekat dalam fitrah
seseorang yang dengannya ia diciptakan, baik sifat fisik maupun jiwa. 2. Muktasabah,
yaitu sifat yang sebelumnya tidak ada namun diperoleh melalui lingkungan alam
dan sosial, pendidikan, pelatihan, dan pengalaman
Faktor-faktor Pembentuk Akhlak
1.
|
Al-Wiratsiyyah
(Genetik).
|
·
|
Misalnya: seseorang
yang berasal dari daerah Sumatera Utara cenderung berbicara “keras”, tetapi
hal ini bukan melegitimasi seorang muslim untuk berbicara keras atau kasar
karena Islam dapat memperhalus dan memperbaikinya.
|
2.
|
An-Nafsiyyah
(Psikologis).
|
Faktor ini berasal
dari nilai-nilai yang ditanamkan oleh keluarga (misalnya ibu dan ayah) tempat
seseorang tumbuh dan berkembang sejak lahir. Semua anak dilahirkan dalam keadaan
fitrah, orangtuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi
(Hadits).
|
·
|
Seseorang yang lahir
dalam keluarga yang orangtuanya bercerai akan berbeda dengan keluarga yang
orangtuanya lengkap.
|
3.
|
Syari’ah Ijtima’iyyah
(Sosial).
|
·
|
Faktor lingkungan
tempat seseorang mengaktualisasikan nilai-nilai yang ada pada dirinya
berpengaruh pula dalam pembentukan akhlak seseorang.
|
4.
|
Al-Qiyam (Nilai
Islami).
|
Nilai Islami akan
membentuk akhlak Islami.Akhlak Islami ialah seperangkat tindakan/gaya hidup
yang terpuji yang merupakan refleksi nilai-nilai Islam yang diyakini dengan
motivasi semata-mata mencari keridhaan Allah.
|
Cara Mencapai Akhlak Mulia
1.
|
Menjadikan iman sebagai pondasi dan sumber
|
·
|
Iman artinya percaya yaitu percaya bahwa Allah
selalu melihat segala perbuatan manusia. Bila melakukan perbuatan baik,
balasannya akan menyenangkan. Bila perbuatan jahat maka balasan pedih siap
menanti.
|
2.
|
Pendekatan secara langsung
|
·
|
Artinya melaui al-Qur’an.Sebagai seorang muslim
harus menerima al-Qur’an secara mutlak dan menyeluruh. Jadi, apapun yang
tertera di dalamnya wajib diikuti.
|
3.
|
Pendekatan tidak secara langsung.
|
·
|
Yaitu dengan upaya mempelajari pengalaman masa
lalu, yakni agar kejadian-kejadian malapetaka yang telah terjadi tak akan
terulangi lagi di masa kini dan yang akan datang.
|
Dari hal di atas, intinya adalah latihan dan
kesungguhan. Latihan artinya berusaha mengulang-ulang perbuatan yang akan
dijadikan kebiasaan. Kemudian bersungguh-sungguh berkaitan dengan motivasi.
Motivasi yang terbaik dan paling potensial adalah karena ingin memenuhi
perintah Allah dan takut siksa-Nya.
Al-Qur'an
menggambarkan bahwa setiap orang yang beriman itu niscaya memiliki akhlak yang
mulia yang diandaikan seperti pohon iman yang indah hal ini dapat dilihat pada
surat Ibrahim ayat 24 :
Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat
perumpamaan kalimat yang baik[786] seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan
cabangnya (menjulang) ke langit, 25. Pohon itu memberikan buahnya pada Setiap
musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk
manusia supaya mereka selalu ingat. 26. Dan perumpamaan kalimat yang buruk[787]
seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan
bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun. 27. Allah meneguhkan (iman)
orang-orang yang beriman dengan Ucapan yang teguh itu[788] dalam kehidupan di
dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat
apa yang Dia kehendaki. (q.s. Ibrahim : 24 – 27)
[786]
Termasuk dalam kalimat yang baik ialah kalimat tauhid, segala Ucapan yang
menyeru kepada kebajikan dan mencegah dari kemungkaran serta perbuatan yang
baik. kalimat tauhid seperti laa ilaa ha illallaah.
[787]
Termasuk dalam kalimat yang buruk ialah kalimat kufur, syirik, segala Perkataan
yang tidak benar dan perbuatan yang tidak baik.
[788]
Yang dimaksud ucapan-ucapan yang teguh di sini ialah kalimatun thayyibah yang
disebut dalam ayat 24 di atas.
Dari ayat diatas dapat kita ambil contoh
bahwa ciri khas orang yang beriman adalah indah perangainya dan santun tutur
katanya, tegar dan teguh pendirian (tidak terombang ambing), mengayomi atau
melindungi sesama, mengerjakan buah amal yang dapat dinikmati oleh lingkungan
Pengarahan al-Qur’an
dan Hadis
Nabi
Muhammad saw. dibimbing Allah swt. untuk meneladani para Nabi sebelum beliau
setelah Allah mengisahkan kisah mereka pada surat al-An’aam : 90 :
Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk
kepada siapa yang dikehendakiNya di antara hamba-hambaNya. seandainya mereka
mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka
kerjakan. 89. Mereka Itulah orang-orang yang telah Kami berikan Kitab, hikmat
dan kenabian jika orang-orang (Quraisy) itu mengingkarinya, Maka Sesungguhnya
Kami akan menyerahkannya kepada kaum yang sekali-kali tidak akan
mengingkarinya. 90. Mereka Itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh
Allah, Maka ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah: "Aku tidak meminta upah
kepadamu dalam menyampaikan (Al-Quran)." Al-Quran itu tidak lain hanyalah
peringatan untuk seluruh ummat. (Q.S. al-An’am 88 – 90)
Nabi
Muhammad saw. sendiri ditegaskan oleh Allah swt sebagai teladan bagi
orang-orang beriman (QS al-Ahzab:21) dan Allah memuji beliau karena memiliki
akhlaq yang luhur (QS al-Qalam:4). Demikianlah, riwayat hidup beliau dan
petuah-petuah beliau terkodifikasi dengan amat baik oleh para ulama hadits dan
para ulama sejarah dalam bentuk kumpulan hadits dan tarikh. Dengan demikian
umat Islam sepanjang masa akan dapat terus mereguk keteladanan dari pribadi
Nabi Muhammad saw yang disebutkan Aisyah ra, “Akhlak beliau adalah al-Quran.”
Maka
Nabi Muhammad saw pun mengajari umatnya untuk mengambil pelajaran dari beliau,
termasuk dalam mendidik anak. Beliau bersabda, “Rabb-ku telah mendidikku dengan
pendidikan yang baik.” (H.R. Al-Asaakir dan Ibnu Sam’ani). Beliau juga
bersabda, “Didiklah anak-anak kalian dalam tiga perkara: mencintai Nabimu,
mencintai keluarganya dan tilawah al-Quran, sebab orang yang memelihara
al-Quran itu berada dalam lindungan singgasana Allah bersama para NabiNya dan
orang-orang yang suci, pada hari tidak ada perlindungan selain daripada
perlindunganNya.” (H.R. Ath-Thabrani dari Ali ra.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar